Ragam Pertiwi Ragam Pertiwi Ragam Pertiwi Ragam Pertiwi Ragam Pertiwi Ragam Pertiwi Ragam Pertiwi

o

Kamis, 29 November 2012

Sutan Takdir Alisjahbana

Sutan Takdir Alisjahbana (1908-1994) adalah cendekiawan, budayawan, dan sastrawan Indonesia yang menulis beberapa roman, diantaranya Layang Terkembang (1936) dan Tak Putus Dirundung Malang (1929). Bersama dengan Armin Pane dan Amir Hamzah, Alissjahbana mendirikan majalah Poedjangga Baroe pada 1933. Melalui karya-karyanya, Alisjahbana dianggap pelopor Angkatan Pujangga Baru.

Minat dan perhatian Sutan Takdir Alisjahbana (STA) yang sangat luas bidangnya menyebabkan ia agak sulit dimasukkan kedalam satu kategori tertentu. Alisjahbana adalah seorang pemikir yang mendalami filsafat, bahasa, dan sastra yang semuanya ia laksanakan dengan sungguh-sungguh.
Perhatiannya terhadap bidang bahasa (linguistik) tampak antara lain dalam berbagai karangannya mengenai tata bahasa Indonesia dan kedudukannya sebagai redaksi majalah kebahasaan Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952) serta keanggotaannya dalam Societe de Linguistique de Paris.

Alisjahbana juga dikenal sebagai ahli bahasa. Perjuangannya untuk mengembangkan bahasa Indonesia telah diakui oleh banyak kalangan. Pandangannya tentang linguistik (ilmu bahasa) berbeda dengan pandangan teman sejawatnya. Dalam tulisannya yang berjudul The Failure of Modern Linguistics, ia menganggap bahwa teori linguistik modern yang dikembangkan oleh Leonard Bloomfield (ahli linguistik asal Amerika Serikat) lebih menitikberatkan kepada bahasa lisan.


Menurut Alisjahbana, linguistik modern tidak dapat memberikan petunjuk tentang pemakaian bahasa yang benar sehingga tidak bermanfaat  bagi pembinaan bahasa. Ia juga beranggapan bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan dan pikiran.

Alisjahbana menaruh perhatian yang besar terhadap pembinaan bahasa Indonesia. Keprihatiannya terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar sering disampaikan dalam berbagai kesempatan. Oleh karena itu, Alisjahbana berusaha untuk menerbitkan Kamus Istilah (dua jilid), majalah Pembina Bahasa Indonesia, dan Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia (dua jilid). Selama seperempat abad, ketiga karya tersebut berpengaruh terhadap pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Menurutnya, pembinaan bahasa Indonesia (yang disebut dengan language engineering) sebaiknya dilakukan melalui pendidikan di sekolah-sekolah. Sutan Takdir Alisjahbana meninggal di Jakarta pada tahun 1994.


Sumber : Ensiklopedi Umum

0 komentar:

Posting Komentar